Wednesday 30 March 2011

Cintaku kepentok di situs jaringan mencari jodoh (part 2)

Penantian selama 6 minggu untuk bisa bertemu lelaki itu dalam kenyataan mendekati waktunya. Rasa patah hati dan kekecewaan yang sempet membuat gue merasa begitu down berubah dengan cepatnya. Entah bagaimana lelaki ini bisa mengembalikan lagi semangat gue dan memberikan new excitement dalam hari-hari gue tanpa pernah gue bertemu dengan dia sebelumnya. I just had a feeling that I would have a beautiful story with this guy.

Tanggal 1 May 2008 sore lelaki itu tiba di Bali & saatnya gue bertemu dia dalam kenyataan. Rasa deg-degan, grogi, tidak percaya diri dan lain-lainnya  bercampur aduk pada saat itu. Sahabat gue yang ada saat itu memberikan support yang luar biasa untuk gue. Dan gue hanya berusaha meyakinkan diri gue sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan akhirnya bertemulah gue dengan lelaki muda berusia 30 tahun yang datang jauh dari belahan dunia lain untuk pertama kalinya setelah 6 minggu hanya berkomunikasi melalui email saja. 

7.30 malam saat itu, gue perhatikan satu persatu lelaki yang lewat di lobby hotel tempat dia menginap. Gue sendiri tidak yakin apakah gue bisa mengenal wajahnya kalau gue melihat dari jauh. Yang gue tahu, lelaki ini berwajah lonjong & berambut coklat. Tapi saat itu, ada banyak lelaki dengan tipe seperti itu...haduhhh..ribet nih... Dan tiba-tiba dari arah kolam renang, gue melihat seorang lelaki memakai kemeja hitam dan celana jeans biru dengan sendal kulit berjalan ke arah reception. Dari bentuk-bentuk badan dan wajahnya sih sepertinya ini ya dialah lelaki yang gue maksud. Rasanya gue harus mengumpulkan seluruh tenaga dalam gue untuk berani memanggil namanya dan berjalan ke arah dia. "Pascal!!!!".... dan lelaki itu menoleh ke arah gue.... hhaaahhhhh.... gak percaya tapi nyata, ini cowok ada di depan muka gue sekarang...

Rasa yang ada begitu sangat natural. He immediately walked and came to me, hugged me gently and politely for long. The feeling was like a couple who had been separated for long time. Tidak ada moment formal seperti layaknya orang pertama kali bertemu. Sepertinya kami sudah saling mengenal lama sekali. Kita memutuskan untuk pergi ke Hu´u Bar Seminyak untuk mengobrol. Tapi pada saat itu ada sesuatu yang mengganjal di hati gue tentang Pascal. He was always busy with texting to someone. Huhhh...that was really annoying moment buat gue. Dalam satu emailnya dia pernah bercerita tentang seorang perempuan yang dia kenal di Bali. Dan salah satu alasan dia datang ke Bali lagi adalah untuk menyelesaikan hubungannya dia dengan si perempuan ini. Gue tidak akan cerita banyak mengenai Pascal dan perempuan ini, tapi yang jelas di awal hubungan gue dengan Pascal selalu diwarnai dengan perempuan ini...:-). Dan memang perempuan ini gak penting juga kalau gue ceritain dalam blog gue...:-)))

Pascal was really a boy pada 3 tahun yang lalu. Lelaki yang gila olahraga lari ini berbadan sangat atletis (3 tahun yang lalu, abs nya aja perefectly six pax!..yang selalu bikin gue minder kalau pake baju berenang :-p), tidak pernah lupa memakai gel rambut, selalu rapi dalam berpakaian, soft ketika berbicara, addicted to yoga,  selalu memesan satay ayam untuk makan karena dia benar-benar menjaga body saat itu and "too" familiar to people yang bikin gue kadang-kadang jengah karena sering kali diapun bersikap teramat manis dengan wanita lain...grrrrr.... 

Ada 2 tanda permanent ditubuhnya. Di dada sebelah kirinya ada sebuath tattoo bertulisan arab gundul yang dibaca "Nibisya" yang mana itu adalah nama seorang gadis Moroko yang menjadi kekasihnya ketika muda dulu. Dan di dada sebelah kanannya terlihat jelas sebuah jahitan yang sudah berubah menjadi keloid besar yang membuat dia tidak percaya diri jika harus berenang atau buka baju. Jahitan itu akibat operasi jantung yang dilakukan 5 tahun yang lalu. Yaaa...he has pacemaker on his chest since then.

Kami berdua adalah pribadi yang sangat berbeda. Kehidupan yang gue alami membuat gue menjadi manusia yang "terlalu" realistis. Selalu berbicara straight forward & jarang berbasa basi. Sementara itu Pascal adalah seorang yang sangat berhati-hati dalam bertutur kata dan halus hatinya, seorang yang selalu melihat dunia hanya dari warna putihnya saja, seorang yang selalu menginginkan harmoni dalam hidup... a real yogi though. Sering sekali kita menemukan moment yang menunjukkan bahwa kita adalah dua pribadi yang sangat berbeda. But somehow, we felt that we needed eachother. Gue butuh karakter dia yang bisa menyejukkan hati dan meredam sifat temperament gue dan dia butuh gue untuk bisa membantunya "melihat" dunia dengan lebih nyata. 

Selama 1 bulan setengah kita mencoba mengenal diri kita masing-masing dengan diselingi "kejutan-kejutan" kejadian antara kita. Sikap dia yang masih "boyish" dimata gue dan sikap gue yang menurut dia terlalu saklek membuat hubungan diawal begitu ups and downs. Dari mulai pembicaraan tentang tempat untuk tinggal, apakah di Indonesia atau di Swiss, tentang perbedaan agama kita, tentang anak, tentang macam-macam. Dan untuk gue saat itu, semuanya penting untuk dibicarakan jelas sedari awal. 

But again, somehow the love had been grown dan tidak terasa waktu dia untuk kembali pulang tiba dan terasalah bahwa waktu yang terlewatkan bersama tidaklah cukup.

Kami menjalani hubungan jarak jauh selama 7 bulan diselingi dengan kedatangan gue ke Swiss selama 3 bulan. And at that time we understood that we were meant to be together. Pascal yang baru memulai usaha as self employed mengharuskan kita menjalani hidup dengan kesederhanaan. Gue harus "melihat" kenyataan bahwa hidup di luar negeri tidak selalu luxury. Kadang-kadang reaksi sensitif Pascal timbul ketika gue membicarakan tentang keinginan gue untuk melihat negara Eropa lainnya pada saat itu atau sekedar window shopping. He was feeling insecure as he was not able to make that happened for me because of financial matter.  

At that time I did not know how much pressure he had because of that. Sebagai seorang yang memulai bisnis sendiri sebagai physiotherapist butuh waktu untuk bisa establish. He was never really working a lot before. He was a lonely traveler and always looking for self identity. Despite he was a very talented physiotherapist yang handal, dia hanya bekerja sekedarnya dan memilih pergi travelling dan belajar yoga. 

It was a drastic decision for him self after he met me to build his own clinic.  He had to face hard argumentation with his parents before that. Orangtuanya yang lebih senang melihat dia untuk bekerja di rumah sakit merasa bahwa pekerjaan tersebut lebih "aman" dan tanpa resiko dibandingkan membuka bisnis sendiri. Tapi Pascal bukan tipe seseorang yang bisa bekerja dengan orang lain. Dia ingin mandiri. Dan dia mempunyai keyakinan besar bahwa one day dia bisa sukses.

Tiga bulan terlewatkan dengan begitu cepat dan waktunya gue harus kembali ke Indonesia. Terpisahkan jarak dan waktu membuat kita berfikir bahwa hubungan kita tidak bisa berlajut seperti begini. Tidak mungkin rasanya gue dan dia harus bolak balik Swiss-Indonesia hanya untuk beberapa saat saja. Dan juga perasaan tidak nyaman dengan keluarga besar gue di Indonesia ketika gue harus pergi lama ke Swiss tanpa ikatan pernikahan. 

It was "an accident" conversation antara gue dan sahabat gue Wulan yang mana akhirnya membuat gue berfikir untuk segera menikah. Sahabat gue memberikan ide yang buat gue adalah "mission impossible" karena tidak mungkin gue meminta Pascal untuk menikah dalam waktu 2 bulan ke depan ketika dia datang lagi ke Indonesia. Tapi gue harus bicarakan ini dengan dia. Pokoknya, now or never...

Lewat telephon gue coba berbicara tentang ide menikah secara agama di Indonesia dan dilanjutkan dengan perkawinan legalnya di Swiss. Pembicaraan yang ada cukup alot saat itu. Karena step yang harus dilakukan untuk melakukan pernikahan secara Islam adalah sang lelaki harus dikhitan terlebih dulu dan menjadi mualaf. Harus diakui tidak mudah untuk Pascal menerima kondisi yang ada pada saat itu. Harus berpindah kepercayaan dalam waktu yang singkat dan menikah "sebelum" mengenal gue cukup lama... tapi subhanallah...demi cintanya dia rela lakukan semuanya. 

Akhirnya diputuskan tepat dihari ulangtahun gue, kita menikah secara agama. Dan bukan berarti setelah itu kita berdua hidup seperti dalam cerita dongeng. Masa transisi dan penjajakan baru saja dimulai. Sampai dia harus kembali ke Swiss lagi, masih tidak terasa bahwa kita sudah menikah. In the meanwhile, gue di Indonesia menyelesaikan dokumen-dokumen yang penting untuk legal married di Swiss dan Pascal bekerja keras dengan klinik barunya demi masa depan keluarga baru kami. Dan selama terpisah jarak dan waktu lagi, kami masih harus mengalami ups and downs nya suatu hubungan. Rasa rindu yang terlalu besar membuat kami justru menjadi lebih sensitif dan sering sekali emotional ketika sedang membicarakan suatu subjek. Tidak jarang komunikasi kami harus berakhir dengan gue yang mengembangkan bendera perang dingin sampai beberapa hari (which is a very bad habit of me when I get grumpy).  Rasanya memang menyebalkan hubungan jarak jauh itu...huh!

Sampai tiba waktunya visa menikah gue selesai dan gue terbang kembali ke Swiss pada akhir July 2009. Dan tanggal 27 September 2009 kami resmi menikah secara legal di Swiss. Akhirnya, kami menjalani hidup berdua dengan nyata. Kami mulai lebih mengerti pribadi kami masing-masing. Dan semua perbedaan yang ada terasa begitu ringan dijalani ketika kita mempuna satu visi yang sama. Yaitu mempunyai keluarga yang sakinah, mawardah dan warohmah. 

Tuhan itu memang ada, Tuhan itu memang maha pengasih dan penyayang. Tuhan itu maha pendengar dan melihat. Ketika gue terjatuh dan sakit karena cinta, setiap doa yang gue panjatkan selalu dengan jatuhnya butiran airmata. Gue memohon untuk diberikan pasangan hidup yang baik hati dan rupanya, yang bisa menerima gue apa adanya, menyayangi anak gue dan keluarga gue, yang bisa menjadi pemimpin dan imam bagi gue, yang bisa membahagiakan gue lahir dan bathin. Alhamdulillah, Tuhan mendengarkan doa-doa gue. He sent me exactly someone that I´ve always dream of. 

Setiap kali gue teringat kembali masa lalu dan melihat kehidupan gue kini, tidak berhenti gue mengucapkan syukur alhamdulillah. Dan bonus manis dari kerja keras Pascal sekarang adalah dimana dia bisa dengan bangga menepuk pundaknya sendiri karena berhasil sukses dengan kliniknya dan bahkan sudah mempunyai 2 buah klinik sekarang ini, alhamdulillah. And we can be proud of our self as we started our life from really scratch together at two years ago and be happier after all. Tapi perjalanan kami masih panjang. Akan masih banyak kerikil dan batu-batu tajam di depan kami dan insya Allah semuanya bisa kami lewati bersama. 



Monday 28 March 2011

Cintaku kepentok di situs jaringan mencari jodoh (part 1)

Dulu cukup banyak orang yang bertanya-tanya kapan dan bagaiman gue bisa bertemu dengan suami gue sekarang. Dari yang bertanyanya dengan nada malu-malu tapi besar keingin tahuannya sampai yang straight to the point bertanya dengan nada percaya diri. Apalagi dengan perkawinan kedua ini, rasanya memang wajar kalau banyak orang yang "penasaran" dengan proses pertemuan kami, ditambah dengan perbedaan warna kulit yang sangat kentara diantara kami :-)

Untuk gue pribadi pertanyaan tersebut tidak membuat gue menjadi kagok atau merasa tidak enak hati untuk menjawabnya, karena proses pertemuan gue dengan suami yang sekarang terbilang cukup unik dan indah apablia gue mengingatnya kembali. Dan gue yakin sekali masih banyak orang yang bertanya-tanya kapan dan bagaimana gue bisa bertemu dengan Pascal sampai kami bisa menikah sekarang ini. 

Kalau kata-kata mutiara mengatakan : "jodoh, rejeki & maut di tangan Tuhan" itu memang benar adanya. Kita tidak pernah tahu kapan dan dimana kita akan menemukan belahan jiwa, sometimes it takes for long time until we find it, sometimes in the very short time. We never know...walahualam...

Sebelum bertemu dengan Pascal, love story gue bukanlah sebuah cerita yang cukup indah untuk diceritakan dan  terlalu banyak drama dalam perjalannannya. Perjalanan cinta yang berakhir cukup ironis bagi gue membuat hati gue remuk lantak dan hancur in pieces... Rasanya gue tidak punya lagi harapan dan semangat menjalani masa depan dengan seorang disamping gue. Rasanya mustahil dengan usia gue yang pada saat itu 32 tahun untuk mencari pasangan hidup dan memulai sedari awal lagi. Rasa tidak percaya diri karena usia yang tidak muda dan status pernah menikah sebelumnya membuat gue menjadi semakin sinis melihat masa depan percintaan gue. 

Melihat keadaaan gue yang sepertinya terpuruk karena cinta  membuat beberapa sahabat mencoba membantu mengembalikan semangat gue untuk mencari "the soulmate". Dari mulai cara tradisional dicoba yaitu mencoba mengenalkan teman lelakinya atau menjadi mak comblang buat gue. Tapi lah ya kok tetap saja tidak ada satupun yang kena dihati gue. Rasanya ada saja yang kurang pas. Ya cara ngomongnya si tuh cowo, cara dia pakai baju, ya mukanya lah, sampai cara dia dance aja bisa jadi bikin gue mendadak ill feel gara-gara dia joget kok kaya kakinya dua-duanya kiri!.... Pokoknya dalam hati gue, biar gue gak kece dan gak muda lagi, yang penting standard kudu tetep tinggi!...*sombong bener nih perempuan :-p*

Dan sampai suatu saat, salah satu sahabat gue memberi ide yang menurut gue pada saat itu adalah "mission imposible". Dia forcing gue untuk ikutan daftar disalah satu dating site yang mana orientasinya adalah cewek-cewek Indonesia yang looking for western men. Wak, wak!!!!!.... edannnn!!!!... mana bisa kita cari cowok serius di tempat seperti begitu. Yang ada juga mereka pasti semuanya unreal, gak nyata!... Tapi sahabat gue meyakinkan gue bahwa hal tersebut worth untuk dilakukan karena sudah banyak case yang berhasil dan salah satunya terjadi pada rekan kerja gue. 

Okay, okay...akhirnya gue menyerah dan mencoba untuk mendaftarkan diri di situs tersebut. Dan tidak hanya satu situs yang gue pakai tapi 2 situs gue ikutin...*sigh*... 

Ketika kita mendaftarkan diri pada jaringan situs mencari jodoh tersebut, salah satu field yang harus kita isi adalah kriteria cowok yang kita inginkan dan menceritakan tentang diri kita sendiri. Dan ketika mengisi kolom tersebut, gue benar-benar jujur mengatakan apa yang gue inginkan dari seorang lelaki dan jujur menceritakan tentang diri gue sendiri. Pada saat itu, orientasi gue adalah lelaki berusia 35-45 tahun dan gue menceritakan jujur bahwa gue adalah seorang single parent yang mencari lelaki untuk menjadi pasangan hidup not only for fun. 
Tanpa lupa memasang foto-foto yang menurut gue cukup menarik, gue klik tanda setuju dengan semua persyaratan dan ketentuan yang berlaku di situs jaringan mencari jodoh tersebut. Dan dimulailah phase pencarian jodoh lewat dunia maya ini...

And surprisingly, tidak lama setelah gue mendaftarkan diri, gue menerima tidak sedikit email yang tertarik untuk mengenal gue. Dan lucunya usia dari sipengirim email cukup bervariasi. Dari mulai usia 25 tahun sampai 55 tahun...(I was wondering at that time if they have read the condition that I wrote on my profile). Dari mulai yang tertarik ingin bertemu langsung sampai yang jujur mengatakan hanya ingin kenalan untuk having fun saja. Setiap hari ada saja email yang masuk dari berbagai macam jenis lelaki. Dan biasanya gue ajak sahabat gue untuk menyortir lelaki yang mana saja yang bisa diprogress...:-)

Dan salah satu lelaki yang menurut sahabat gue patut untuk diprogress adalah lelaki Australia berusia 54 tahun yang sering sekali datang ke Bali untuk bisnis trip dan selalu stay di The Legian, yang terkenal as a luxury hotel...hmmm...tapi kalau gue lihat dari profile picturenya rasanya gak banget deh untuk gue making appointment walau dia punya yacht di Australia. Tapi sahabat gue ngotot memaksa gue untuk bertemu dengan si lelaki ini. Ahhhh...okay, mari kita coba peruntungan ini. Ketemulah gue dengan si lelaki ini, dan...ohhh nooo, rasanya gue ingin segera berdiri, balik badan dan ambil langkah seribu sambil copot sepatu supaya larinya bisa makin cepat. Lelaki itu terlihat tua bangetttttttttttttt!!!!.... Ya memang sih orangnya baik dan dibawakannya gue banyak sekali oleh-oleh, tapi apa yang harus gue jelaskan ke orang-orang seandainya gue jalan berdua dia. Masa gue harus bilang kalau itu "bokap" gue sih????... kan gak banget yaa??... Dan pada saat itu juga, gue clearly said that seems our age difference is too far for me.. 

And another silly story adalah ketika seorang lelaki berusia 45 tahun mengirim pesan ketertarikannya untuk mengenal gue lebih lanjut. Hmmm...seems he was an interesting man for me. Dia mengaku seorang single dan sering pergi ke Indonesia untuk berbisnis. Dan berceritalah dia pernah berlibur di hotel tempat gue bekerja dulu (yang mana hotelnya tergolong mahal dan berbintang lima). Dia bercerita mempunyai hubungan bisnis dengan salah satu company yang memproduksi suncream di Jakarta yang mana salah satu istri sahabat gue juga bekerja di sana. Yaaa, sebagai perempuan yang tidak bodoh, gue cek dong history guest di tempat kerja gue dulu tentang si lelaki ini dan memang benar dia pernah stay di hotel itu, tapi...tidak sendiri. It was mentioned Mr/Mrs.... meaning dia bukan single. Dan ketika gue cek istri teman gue tentang lelaki ini, ternyata dia juga benar berbisnis dengan company pembuat suncream tersebut tapi istri teman gue bilang, lelaki ini sudah punya cucu dan masih menikah. Hehhhhh?????... sialan!!!... kampret nih lelaki... And soon as I heard all the reality of him, I just immediately said Tchuess, bye-bye, sayonara, selamat tinggal, see you later aligator.. ahhhhh...susahnya mencari lelaki idaman hati...

Hal-hal seperti itu membuat gue semakin tidak percaya akan "kecanggihan" situs ini untuk mencari soulmate gue. Dan pada suatu saat ada satu pesan masuk dari seorang lelaki berusia 30 tahun berasal dari Switzerland yang mengatakan ingin mengenal gue lebih jauh. Dia bercerita bahwa dia sering datang ke Bali dan tinggal lama di Bali. Ahhh...another bullshit man popped in my message, dalam hati gue berkata. For me, he was not interesting. Lelaki yang usianya lebih muda dari gue, sering ke Bali, pernah tinggal lama di sini must be an asshole... that was my first impression tentang lelaki ini tanpa pernah sebelumnya gue bertemu dengan dia. Gue cuekin lah pesan dari lelaki itu. Eh, another day, he sent me another email. Still wanted to see me and know me better. Dalam hati gue bilang : malesssss...mending gue cuekin aja... But, still dia gak patah semangat. Dia kirim lagi email ketiga dan kali ini, sahabat gue bilang, gue harus bales pesan dari lelaki itu kali ini. Kita tidak pernah tahu apakah lelaki itu baik atau tidak kalau kita tidak mencoba berkomunikasi dengannya dulu. Okay, okay, gue baleslah email dia dan start from there the story begun...

Email pertama yang gue terima dari lelaki itu adalah di awal bulan April 2008. Everyday we always sent eachother an email and so many stories were shared and flowed naturally. Setiap ketikan huruf dari jari gue ketika menuliskan email untuk dia begitu terasa ringan dan natural. It was a weird feeling, karena sepertinya  gue sudah mengenal dia cukup lama karena ringan dan nyamannya hati gue ketika berbagi cerita mengenai diri gue. Rasanya gairah hidup gue kembali hidup dan setiap hari perasaan gue selalu penuh excitement karena gue tahu akan menerima email dari dia. And my nstinct said that he will be the one...  

It was a beautiful feeling between exciting, curious, nervous..macam-macam deh perasaan yang ada pada saat itu. Especially when he said that he would come down to Bali for holiday and wanted to see me personally setelah 1 bulan kita menjalin komunikasi hanya melalui email. Ohhhh..can not believe that I would see the man from far that I just knew from email to be in reality. Gue harus terlihat cantik, gue harus terlihat menarik, pokoknya gue harus tampil sempurna di depan dia nanti.

Dan tanggal 1 May 2008 adalah hari dimana pada akhirnya gue bertemu dengan lelaki yang selama 1 bulan ini membuat hidup gue kembali bergairah melalui email-email yang dia tulis untuk gue setiap hari... But another drama still continued after this met... 

Wednesday 9 March 2011

"Ibu, aku juga pengen dipeluk"...

Semua anak pasti tidak akan berharap memiliki orangtua yang bercerai dan harus hidup terpisah dengan orangtuanya. Tidak ada seorang anakpun yang berharap untuk tumbuh dewasa tanpa orangtua yang dekat dengan mereka. Dan saya sendiripun tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup menjadi anak yang kedua orangtuanya harus bercerai. The life must be so bitter...

But sometimes reality bites... Maura, anak kandung saya sendiri harus hidup terpisah dari ayah dan ibunya sejak kecil. Maura, anak gadis saya yang sekarang sedang tumbuh remaja sekarang ini harus melewati sebagian besar hidupnya bersama kakek dan neneknya sejak usia balita....(menarik nafas panjang)... Sungguh bukan kenyataan yang manis untuk anak-anak seusia dia. 

I realized I was being a selfish person, stubborn, inconsistent, unstable and childish. I was not really a good person, I must say... I shall not tell about my previous marriage here but what I can tell you that the consequence of my divorce had given a very bitter pill to my daughter.

Ketika perpisahan terjadi antara saya dan mantan terjadi, saya berfikir dengan "menitipkan" dia pada orangtua saya, dia akan merasakan kasih sayang & perhatian yang sama seperti kasih sayang dan perhatian dari orangtua kandungnya sendiri. But it is totally wrong. It´s completely different. 

Ketika saya kembali mengenang masa kecil dulu, saya merasakan betapa bahagianya saya ketika berkunjung ke rumah kakek dan nenek saya untuk berlibur karena dengan mereka saya bisa mendapatkan apa saja yang saya mau. But somehow tetap saja ada yang hilang ketika saya jauh dari orang tua kandung. Segalak dan sedisiplin apapun orang tua memperlakukan saya, tetap saja yang saya cari adalah mereka ketika saya butuh perhatian. Karena merekalah orangtua saya, orang yang mempunyai hubungan darah & batin langsung dengan diri saya... bukan kakek, bukan nenek, atau tante dan om yang selalu memanjakan saya. 

Banyak moment-moment special yang terlewatkan tentang Maura. Saya tidak pernah tahu kapan dia mulai tumbuh gigi, kapan dia mulai belajar merangkak, saya tidak ingat kapan dia mulai memanggil saya ibu, kapan dia mulai bisa membaca & menulis dan sayapun tidak ada disamping dia ketika dia berubah menjadi gadis remaja.... so sad...

Rasa bersalah semakin terasa menyesakkan dada saya, ketika saya melihat kenyataan yang ada betapa berbeda kehidupan yang dimiliki Maura dengan anak kedua saya dari perkawinan kedua. Perbedaan yang sangat tidak adil kalau saya boleh berkata jujur... 
Saya bisa mengingat setiap perubahan pada Malika sang adik setiap saat. Saya selalu berada 24 jam untuk Malika, saya selalu siap memeluk dia ketika dia menangis, terjaga semalaman menemani dia karena sakit, menyanyikan lagu dan mendongeng untuk dia sampai dia tertawa... but it seldom happened to Maura... 

I felt my heart was broken in pieces when I had to listen her crying today on the phone... I hardly heard her talking karena suaranya yang tercekat menahan sedih yang luar biasa. Dan saya harus menunggu beberapa saat sampai dia cukup tenang untuk mengatakan apa yang ingin dia sampaikan pada saya. 
Saya bisa merasakan betapa sulitnya dia mengatur emosi untuk kembali stabil agar bisa berbicara dan terdengar jelas ditelinga saya. Dan ketika nafasnya mulai teratur kembali, kata-kata yang terucap lirih penuh dengan kesakitan adalah :"Ibu aku juga pengen dipeluk... kenapa ibu gak bawa aku...kenapa aku harus disini sendiri".... *God, please don´t punish me like this... it was the most hurtful feeling to see her so down*... 

Don´t ask me what story behind that, don´t ask me why she was so down... it´s a family matter, too personal to share. It´s not important to share the issue behind that, but what matter to share is : "to all single parents out there, please stay close physically and mentally to your kids no matter how. We can not always say, that we pursue a career just because of our kids future. What they need the most is our arms to hold them when they need it and our shoulder for them to lie their head down"...

Saya hanya bisa berharap diberikan umur panjang, kesehatan dan kekuatan, agar saya punya kesempatan untuk menebus kesalahan saya pada Maura di masa lalu karena tidak sempurnanya saya merawat dia dan telah melewatkan moment-moment penting tentangnya.... 








Tuesday 8 March 2011

"jangan cerita keorang lain ya, cuma elo yang tahu"..

It came to my attention when I realized so often people told me  : "gue ada cerita tentang si A, tapi yang tahu soal ini cuma elo doang".. atau : "please jangan cerita lagi ke siapa-siapa karena cuma elo yang tahu tentang ini"... dan reaksi pertama gue sudah pasti mengkonfirm keinginan mereka untuk tidak berbagi cerita lagi kepada orang lain.

'Tapi kalau mau jujur pada diri sendiri, pada kenyataannya gue tidak selalu handal memegang teguh janji gue untuk tidak berbagi cerita kepada orang lain lagi..

Ada beberapa alasan yang membuat gue akhirnya berbagi cerita kepada yang lain (tanpa bermaksud membela diri loh ya..). Tapi contoh sederhana yang bisa gue share di sini adalah, ketika gue bertemu lagi dengan sahabat lama di Indonesia & gue berpikir rasanya "tidak salah" kalau gue share kisah teman gue di Swiss dengan sahabat di Indonesia dengan pertimbangan satu sama lain tidak saling kenal atau karena gue ingin sahabat gue mengerti seperti apa sih kisah hidup di Swiss. 
Atau contoh lainnya, ketika gue berbagi "cerita rahasia" seorang teman dengan suami gue sendiri. For this part, gue tidak tahu apakah bisa dikategorikan "halal" atau "haram".

Tapi jika kita balik lagi kepada the initial idea of "keeping a secret" is "to keep a story of someone to stay good within our self", seharusnya tidak seorangpun berhak mengkhianati janji yang diucapkan for what so ever the reason.

Yaaa.. memang lidah tidak bertulang, jadi mungkin itu salah satu alasan kuat yang bisa dibuat kenapa kita sulit mengendalikan perkataan dan menepati janji. Rasanya selalu saja ada alasan kita untuk "tidak menepati" janji to keep "an exclusive story" only within our self. Atau juga karena perasaan "too excited" mendengar "cerita exclusive" tentang seseorang dan membuat kita merasa harus segera menceritakannya lagi kepada yang lainnya. 

Well, those are just few reasons that come out of my thought. Maybe someone else has different reasons why they can not keep a secret only for them self. Some people just can not handle the situation when somebody ask them to keep a secret and always spread out the story to others. Either itu karena ingin membuat intrik atau hanya karena tidak bisa menahan mulut untuk berbicara. 

Hmmm...semoga lidah gue yang tidak bertulang ini tidak akan pernah menciptakan masalah untuk diri gue dan orang lain di masa yang akan datang.

"pengakuan jujur dari gue pribadi sebagai seorang manusia biasa"   
























Monday 7 March 2011

"stop mogok bicara ketika marah!" (seruan untuk diri sendiri)

"Kamu kalau marah ngomong, jangan diam saja. How can I understand what you feel if you just keep silent for 2 days"... Hmmm, those are normal word said by my husband when I got grumpy. Gue sendiri sering bertanya dalam hati, kok bisa ya gue kalau marah itu diam dan tidak bicara berhari-hari. Padahal hanya hal-hal sepele yang biasanya membuat emosi gue jadi naik tegangannya. Dari mulai dia yang taruh sepatu sembarangan, piring kotor yang tidak langsung dimasukkan ke mesin, salah taruh gunting, buang baju sembarangan, lupa buang bekas contact lens ahhh adaaa saja hal-hal rumah tangga yang bikin gue panas dingin jadinya

Dan pada umumnya orang marah itu pasti ngomel-ngomel, ngedumel, ngomong tidak ada hentinya. Tapi untuk gue, casenya "agak" berbeda. Ketika rasa kesal yang amat sangat datang, rasa ingin berbicarapun hilang. Yang ada dikepala ini berpikir : memangnya  kalau gue ngomong elo ngerti mau gue apa. Atau, emangnya elo bisa terima keluhan gue tanpa elo harus bikin excuse.

Ok, ok, gue tahu itu bukan kebiasan yang bagus untuk dikomentari, karena normalnya sebuah hubungan setiap ada masalah harus dibicarakan. Dan sudah cukup lama gue "struggling" dengan kebiasaan buruk gue yang mogok bicara ketika sedang marah. Dan tidak hanya mogok bicara saja yang gue lakukan, tapi juga mogok bersihin rumah, mogok masak dan mogok buka pintu kamar...*please stop laughing at this part*...

Hhmmm...not really a good sample to do though?... Sering sekali gue mencoba berdamai dengan diri sendiri dan berbicara dengan hati sendiri untuk tidak bersikap seperti anak kecil yang mogok bicara karena tidak dibelikan manisan. Tapi rasa keras hati dan kepala ini sulit sekali diajak kompromi. Dan entah kenapa, gue harus butuh beberapa hari untuk melunakkan hati yang sedang keras. Padahal gue sadar banyak negative effects yang gue dapat dari attitude seperti itu.
Sampai pada suatu saat, ketika dia merasa so helpless karena tidak tahu lagi harus bagaimana melunakkan hati gue untuk berbicara seperti layaknya sebuah pasangan, dia berbicara dengan lembut sambil membelai rambut saya dengan hati-hati : "yang, I know you want to give me a lesson for what I did by not talking to me and I really understand what you meant. I just can say that I am really sorry and promise will try not to do it again. But please keep reminding me again when I do wrong as I have so many things in my head and I am not a multy task person like you. I am not trying to make an excuse but I am not only a bad person. I also have a good side. Please think about the good side of me even it's not a lot then you might be love me again...".. uhhhh... bagaimana gue bisa meneruskan aksi mogok bicara gue kalau dengar dia bicara seperti itu.

When I think back again of what life I had before I met him, the life that I have now with him is beyond of my expectation, it is an extremely amazing life. Bagaimana dia menerima gue apa adanya, tidak pernah mengeluh ketika dia harus bangun pagi sendiri dan mempersiapkan sarapan tanpa gue karena gue masih terbaring tepar di tempat tidur akibat bergadang untuk Malika, tidak pernah marah ketika gue lupa menyetrika seragam kerjanya dan tidak pernah membentak ketika pulang kerja gue belum selesai masak. And I should have not complained and act so like a drama queen just because he  forgot to put his shoes on the right place... I should have opened my heart as big as yours... I love you P...

Postingan Status di Facebook = bisa mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat (mengutip "slogan" Blackberry)

Pernah tidak membayangkan kalau Facebook tidak lagi menyediakan fasilitas "status -write what is on your mind" dan kita hanya bisa memposting foto2 ?... Gue pribadi berpikir mungkin Facebook gak akan seramai sekarang & ide untuk membuat Twitter juga tidak akan ada. 

Selama hampir 4 tahun ikutan Facebook, gue mengalami banyak hal tak terduga gara-gara facebook. Gue bisa menemukan temen2 lama gue, menjalin perteman baru dan menemukan para mantan pacar di masa lalu...;-)

Awalnya bagi gue Facebook hanyalah situs pertemanan biasa yang fungsinya mencari temen2 lama dan sarana memposting foto2 yang menurut gue bagus dan bisa dishare ke orang lain. Tapi dengan berjalannya waktu, Facebook menjadi "salah satu" bagian penting dalam keseharian gue ...*sigh...hard to say this but that is the fact*... Dari yang pada awalnya buka Facebook hanya sehari sekali, sekarang bisa setiap saat bawaannya pengen manteng aja di depan PC cuma buat liat2 status orang lain.

Dari yang fungsi awalnya untuk mencari teman lama dan memposting foto2, sekarang fungsinya bertambah menjadi "alat untuk mengetahui kegiatan orang lain" dengan membaca status2 mereka. Well, sometimes I laugh my self, how can "the status in Facebook" can be so important to read now. Dari yang awalnya hanya sekedar iseng2 saja, sekarang menjadi kegiatan standard yang harus gue lakukan ketika pertama kali buka Facebook.

Dan sepertinya menulis status di FB menjadi "hal wajib" bagi para Facebooker sekarang ini. Entah itu untuk menumpahkan aspirasi dan inspirasi mereka, uneg2 mereka, menulis karena sedang bosan atau sekedar  to show off something (walau bikin mata menjadi iritasi membacanya tapi menurut gue sih itu hak mereka). Banyak sekali status ditulis yang menurut gue tujuannya hanya untuk "memancing tanda jempol dan comment saja" dari yang lain. Dan dari semua itu, ternyata membaca status di Facebook bukan saja menjadi sumber informasi positif buat gue, tapi juga menjadi sumber bermacam emosi. 

Ketidaknyamanan mata gue membaca ketika mereka harus memasukkan "kata2 mutiara" seperti "Ta...*, sh..t, f..ck, dan lain2, dan sebagainya untuk menunjukkan kekesalan mereka akan sesuatu  (walau sebenernya gue bisa saja mengatur pola hiding di home Facebook gue, tapi rasa keingin tahuan gue terlalu besar untuk dikalahkan...jadinya ya ribet gini...sighh). Rasanya tidak pas menulis kata2 seperti itu ketika banyak orang yang membaca dan bukan hanya orang2 yang umurnya sebaya dengan mereka yang ada dalam friend list mereka. 
Dan hal lain yang membuat mata ini tidak nyaman untuk membacanya adalah ketika mereka harus menulis dengan tulisan dan bahasa "alay"...and keep changing status more than 2 times in a day!!!...soooo annoying...(padahal  mereka mengklaim dirinya sendiri sebagai seorang yang super sibuk, tapi lah ya sempet2nya ganti2 status terus...)

Dan reaksi ketidaksetujuan gue ketika gue harus membaca postingan mengenai masalah SARA dan sesuatu yang tujuannya untuk membenarkan dan meyakinkan sesuatu yang berbeda. Atau memposting status bersifat provokatif dan sindiran yang berakibat perseteruan pada akhirnya...that is really a pity. 

Tapi apa yang bisa gue lakukan dengan ketidaknyamanan diri gue sendiri itu?... merespon postingan mereka?... menyindir mereka?... atau menghapus mereka dalam friend list gue?... hmmmm, I do not think that would be a good idea either.. Ketika emosi gue terpancing dengan status2 seperti itu, I try to give my self emotional therapy dengan berfikir dan mengatakan pada diri sendiri bahwa mereka punya hak prerogatif yang tidak bisa diganggu gugat dalam menuangkan apa yang ada dalam pikiran mereka ke dalam tulisan. Dan gue tidak berkewajiban untuk "berusaha meluruskan" tulisan2 itu. 

Dan gue  cuma bisa mengingatkan diri gue sendiri untuk tidak terbawa "arus berkewajiban menulis status di Facebook setiap hari" yang akhirnya tulisan tulisan yang ada menjadi "hampa dan asal" yang bisa memancing berbagai reaksi dari banyak orang lain...

*Ucapan pribadi terimakasih gue untuk kalian yang sudah memposting informasi yang positif & inspiratif  ke dalam status di Facebook karena membuat pikiran gue menjadi lebih terbuka dan mengetahui dunia luar lebih cepat sebelum gue nonton TV via internet atau baca koran. Dan juga untuk mereka yang membagi rasa di hati mereka lewat postingan di Facebook karena somehow membuat hati gue menjadi terbawa dengan perasaan kalian*

Antara Malika, bayi blasteran bule dan hidung mancung


Waktu dulu, dipikiran gue setiap anak blasteran bule itu pasti signature profilenya adalah : berhidung mancung, berkulit terang, bertubuh ramping & tinggi, bermata bulat dan berambut coklat...pokoknya semua gambaran tentang anak blasteran sudah pasti cantik dan ganteng seperti yang ada disinetron sinetron Indonesia itulah... dan yang selalu jadi patern gue, anak mix itu harus mancung!...*gak boleh gak mancung aja*

Tapi ternyata kenyataannya tidak selalu seperti yang gue bayangkan. Tanpa harus melihat ke tetangga sebelah atau yang dipojokan sana, bayi yang ada di depan mata gue sendiri saja ternyata tidak seratus persen seperti anak blasteran yang selalu gue bayangkan sebelumnya.. 

Malika my mix baby girl was so not an ideal mix baby profile as I always imagined before. She was born with small and tiny eyes & nose like Chinese, except the color of her skin and her eyes showed that she has mix blood. Di dalem hati gue sempet terbersit : "lah, kok dulu kawin sama lokal anak gue idungnya mancung, lah sekarang kawin sama  bule kok anak gue idungnya seemprit gitu"...(sigh...sambil terus memandangi hidung Malika dan berharap mungkin beberapa saat menit kemudian hidungnya akan menjadi "sedikit " lebih mancung).

"Keluhan-keluhan" ringan mengenai hidung Malika sering sekali terlontar dari mulut gue, either ke suami atau ke temen-temen. From those whom experienced said that it is a normal process for a mix kid to have small nose when they were baby as over time, the nose will develop... tapi, tetep rasa penasaran kenapa Malika berhidung kecil terus saja mengganggu karena gambaran tentang anak blaseteran bule berhidung mancung terus saja ada di otak gue. Because that is the perfect signature profile of mix kid with western blood for me. 

Sampai pada suatu saat, I accidently read a news about an handicapped kid with amazing talent in China. She has good looking perfect face but unable to talk and hear. The parents did not know at the beginning if she was handicapped until she was 5 years then the parents realized that she could not talk proper and seems always ignored them when they called her. But there was somethiing that interested her, a piano. So, long story short, the handicapped girl became a great pianist with her lack.

Cerita tentang gadis Cina yang busi tuli tapi pandai bermain piano menggugah pikiran gue untuk berhenti berkeluh kesah hanya karena "hidung yang tidak mancung". Kesempurnaan seseorang bukan selalu dilihat dari fisik semata. Masih banyak hal-hal lain yang membuat manusia terlihat "sempurna". 

Bayi blasteran gue mungkin gak berhidung mancung, tapi gue yakin dia memiliki sesuatu yang lebih special dari hanya sekedar hidungnya yang kecil..:-)

Selamat ulang bulan yang ke 7 Malika...

Auw, 15th February 2011