Monday 20 June 2011

I am sorry... (but actually I don't care *so typical*)

"iya, aku minta maaf"... or "sorry ya, gak sengaja"... atau just "sorry - yang diucapkan sambil lalu saja"... Kata-kata ini sering sekali diucapkan orang termasuk saya pastinya. Banyak yang bilang that these words are one of most powerful words ever. Tapi bagi saya, karena terlalu seringnya kata-kata ini diucapkan sambil lalu saja, kata-kata inipun  berkurang maknanya. 

Ketika kita menginjak kaki seseorang tanpa sengaja kita bilang maaf, ketika kita ingin mendahului orang berjalan kita bilang maaf, ketika kita membuat seseorang malu, kecewa atau marah kita bilang maaf. Dan sering pula kita mendengar orang meminta maaf pada kita, baik itu untuk hal-hal sepele atau hal-hal yang cukup serius. But ironically, these powerful words often said just for lips service and turn become meaningless words.

Gak perlu deh jauh-jauh melihat bukti dari ketidak seriusan seseorang mengucapkan kata-kata maaf. Di seputaran saya sendiri saja sering sekali terjadi antar teman berkelahi lalu saling minta maaf tapi tidak lama kemudian bertengkar lagi. Atau suami saya meminta maaf karena menaruh pakaian dalam kotor sembarangan tapi besoknya dilakukan lagi. Seandainya mereka benar-benar tulus dan perduli mengucapkan kata maaf, pasti tidak akan ada lagi pertengkaran dan kaos singlet kotor bertebaran di depan pintu kamar....arrghhhhh...where is the meaning of truly sorry actually????....  

Saya tidak mengatasnamakan banyak orang dalam hal ini, tapi ini adalah perasaan pribadi saya sebagai manusia yang cukup sering mendengar atau mengucap kata maaf. Sering sekali saya merasa kata-kata itu hambar ditelinga dan tak cukup berkekuatan untuk mengungkapkan penyesalan. Kata-kata maaf dikeluarkan hanya sebagai pengganti tanda titik ketika ingin mengakhiri suatu perdebatan serius yang tidak berujung. And sadly I have to admit that I often said sorry but actually I don't care for what I did... it's a pity right?... Contoh simpelnya saja, sering saya tidak mematikan PC sebelum tidur padahal Pascal sudah mengingatkan saya untuk jangan lupa mematikannya padahal saya tahu kalau hal tersebut membuat kesal dia. Tapi karena tidak adanya keperdulian saya pada hal itu membuat saya menjadi careless dan akhirnya melakukan kejadian yang sama lagi. 

Hal seperti ini membuat saya berfikir dan berefleksi, apakah anak-anak saya akan melakukan hal yang sama dikemudian hari, yaitu  mengucapkan maaf tapi sebenarnya tidak perduli dengan kesalahan mereka. Ketika mereka melakukan kesalah baik itu kecil atau besar mereka mengatakan maaf hanya untuk menyenangkan hati kita tapi sebenarnya mereka tidak perduli atau bahkan tidak mengerti kesalahan mereka sendiri dan akhirnya melakukan kesalahan yang sama lagi. I really don't want to hope that. 

Saya percaya bahwa segala sesuatu hal baik harus dimulai dari dalam diri sendiri. When we require good thing happen into our life then naturally we are required to do the same as well. Dan di masa depan saya ingin mendengar anak-anak say sorry and they do care when make mistake and promise will not do it again. Then it has to be start from my self. When I do something wrong I will say I am sorry, I am mean it and I will not do it again...even for a small thing in every aspects of my life. 

Saya pribadi harus mengembalikan lagi makna dari "kata-kata maaf atau sorry" menjadi kata yang mempunyai arti  kuat dalam kehidupan sehari-hari saya. 






Monday 13 June 2011

Tulisan tentang rasa, hati, pikiran dan perkataan saya: Let´s go to mountain not to mall :)))

Tulisan tentang rasa, hati, pikiran dan perkataan saya: Let´s go to mountain not to mall :))): "Yeayyyy...ada long weekend lagi dan kali ini Pascal gak harus pergi kerja hari Senin karena Swiss mempunyai public holiday yaitu Pfingsten (..."

Let´s go to mountain not to mall :)))

Yeayyyy...ada long weekend lagi dan kali ini Pascal gak harus pergi kerja hari Senin karena Swiss mempunyai public holiday yaitu Pfingsten (whit sunday, the 7th sun after Easter) hari Minggu dan Senin. Dan seperti biasa, kalau sudah public holiday semua perkantoran dan pertokoan di seluruh Swiss diliburkan (kecuali toko-toko di dalam station kereta & airport & beberapa restaurant tetap berjalan seperti biasanya). Jadi jangan harap kalau libur nasional di Swiss kita bisa punya ide jalan-jalan shopping ke mall-mall seperti di Indonesia yang kalau sudah hari libur langsung pertokoan dibanjirin oleh orang-orang. 

Apalagi ketika cuacanya bagus sekali, dimana matahari bersinar terang dan temperatur di luar di atas 25 derajat celcius... sudah bisa dipastikan masyarakat di sini lebih memilih melakukan aktifitas di luar daripada diam di rumah sekedar menonton TV atau leyeh-leyeh. Gak usah pergi jauh ke kota, di seputaran rumah saya saja banyak sekali orang yang bersepeda, jogging atau sekedar jalan-jalan bersama keluarga atau teman. 

Anak-anak sedari kecil sudah dibiasakan untuk menyukai alam dan berolahraga. Dikenalkan untuk lebih melakukan aktifitas outbound ketimbang diam di dalam rumah bermain game atau ke mall mengkonsumsi junk food. Anak-anak diajarkan untuk bisa lebih mandiri dan mengenal alam secara alami. 

Setelah hari Sabtu kita ikut berpartisipasi dengan mendatangi acara Indonesian Bazzar di Oerlikon yang mana saya hampir menghabiskan waktu seharian hanya dengan makan dan makan..hihihi... Pascal mempunyai ide spontan  untuk hiking ke gunung Rigi pada hari Minggu karena cuaca di luar lumayan bagus. Dan tanpa berpikir panjang lagi sayapun mengiyakan ajakan sehat dari suami untuk hiking karena mempertimbangkan perut saya yang mulai membucit ini harus segera dipapas kelebihannya :)

Dan kamipun segera mempersiapkan segala keperluan tanpa harus membuatnya secara dramatis, cukup satu botol besar air mineral, 3 buah pisang, makan siang untuk Malika, kaos untuk ganti, sunblock, uang secukupnya, pampers untuk Malika, tissue basah, handuk kecil & last but not least sudah pasti kamera kesayangan dong :). 

Pukul 11.30 pm tibalah kami di tempat dan kami melihat sudah banyak mobil diparkiran dan juga orang yang bersiap-siap untuk hiking ke gunung Rigi. Kamipun mulai mengatur siapa yang akan membawa apa. Dengan "gaya belagu" sayapun menawarkan diri untuk membawa ransel berisi barang2 bawaan kami dan Pascal cukup membawa Malika dengan Babybjorn nya. Sebenarnya Pascal menawarkan dirinya untuk membawa ransel dan juga Malika bersamaan, tapi saya pikir apa sih susahnya cuma bawa tas ransel jalan, gak susah kaleeee... 

Tapi ternyata, perjalanan ke atas gunung tidak seenteng yang saya pikirkan. 3 tahun lalu saya memang pernah hiking ke gunung Rigi tapi pada saat itu berat badan saya hanya 50 kg dan saya tidak perlu membawa apa-apa. Sementara sekarang, berat badan aja sudah naik 4 kg dari timbangan 3 tahun lalu ditambah harus bawa ransel yang beratnya sekitar 7 kg, yaaaa...mulai Senin Kamis lah nafas saya dan jantung berdetak seperti habis dikejar-kejar kamtib walau perjalanan baru memcapai 1 km...pfiiuuhhh.... But Pascal was always my hero, dengan sigapnya diapun mengambil ransel dibelakang dan hanya menyuruh saya berkonsentrasi untuk diri sendiri. Karena untuk dia, yang terpenting saya kuat berjalan dan bisa sampai di puncak gunung tanpa harus merasa suffer.... (jöööö...du bist soooo süüssss :))).

Tidak cuma kami yang menikmati perjalan ke atas gunung Rigi, Malikapun terlihat sangat menikmati pemandangan di sekitarnya. Tidak jarang kami mendengar dia bergumam, mengeluarkan suara-suara yang terdengar excited atau seperti sedang bernyanyi. Dan ketika kami berpapasan dengan orang-orang, seringkali kami mendengar mereka memberikan pujian kepada Malika how cute she is sitting on her Babybjorn dengan empengnya. Kadang-kadang Malika menoleh ke arah saya sambil menjulurkan tangannya untuk bergandengan dengan saya...ohhhh...she´s extremely sweet. Dan tidak jarang ditariknya tangan saya ke arah wajahnya dan diapun menikmati sentuhan tangan saya diwajahnya... it was a really priceless moment for me. 

Dan rasa kagum saya terhadap Pascalpun semakin bertambah, ketika saya melihat dia tetap berjalan tegap dan kuat membawa semua beban tanpa pernah mengeluh lelah atau pegal. Bahkan seringkali dia menggandeng lengan saya untuk tetap semangat berjalan ketika saya mulai sering berhenti karena kaki mulai terasa asam karena pegal yang sangat amat dan bertanya "masih lama ya yang?...kapan sampenya sih?... masih jauh ya?"... Dan dia selalu menyemangati saya dengan menjawab "another 10 minutes then we will get on top yang"...(Yang mana setelah turun gunung saya baru tahu sebenarnya itu gak benar. Dia hanya mau saya tidak patah semangat kalau saya tahu bahwa perjalanannya masih sekitar 30 menit lagi). 



Selama perjalanan kami berbicara banyak hal, tentang masa depan kami, tentang rencana untuk anak-anak kami, tentang teman, tentang dunia, tentang segala hal & sesekali saya memotret beberapa moment. Yang terpenting adalah kami merasakan kebersamaan diantara kami semakin terasa dekat and it´s kinda team building for us. We love it very much!...
Dan tidak terasa kamipun tiba dipuncak gunung Rigi...yeayyy...tapi ternyata langit di atas gunung lebih mendung dan cuaca lebih dingin daripada di bawah. Kamipun segera masuk ke dalam restaurant untuk makan siang dan kamipun segera memesan kentang goreng, sup roti dan salad. Setelah menyuapi Malika dengan makanan yang sudah saya siapkan dari rumah, sayapun menikmati makan siang saya berdua Pascal. Dan setelah selesai makan, kamipun bersiap-siap kembali untuk melanjutkan perjalan untuk turun ke bawah. 


Kamipun mengambil jalur lain untuk turun ke bawah karena kami berencana untuk mencari makanan penutup di sebuah traditional restaurant di kaki gunung. Dan on the way back down, kami melihat 2 orang laki-laki yang sedang mempersiapkan diri untuk bermain paragliding di atas gunung. Banyak sekali orang-orang yang berkumpul untuk melihat mereka terjun dan terbang. Dan bagi saya, rasanya ngilu sekali ketika melihat mereka berlari mundur sambil menarik layarnya dan terjun bebas....hiyyyy, saya gak bisa membayangkan seandainya payungnya harus tersangkut disebuah pohon dan orang itu harus bergelantungan sambil menunggu pertolongan...aduhhh...gak deh....


Pemandangan selama perjalanan turun terlihat lebih terbuka dan lebih banyak dilalui oleh orang-orang menuju ke gunung Rigi karena tidak seterjal rute keberangkatan kami. Tapi jangan salah, perjalanan turun tidak lebih mudah daripada perjalanan ke atas. Karena kakipun harus lebih kuat menopan badan ketika jalanan turunnya membuat kita meluncur lebih kencang. Dan semakin kita menuruni gunung, semakin kita merasakan hangatnya matahari lagi dan membuat kita semakin bersemangat untuk segera sampai di bawah. Dan jangan aneh kalau melihat banyak sekali sapi-sapi besar disekitar pegunungan sebagai pemandangan...(Swiss gitu loh, symbolnya aja sapi...:)))



Kamipun berhenti sejenak di sebuah restaurant tradisional Swiss untuk menikmati black cherry pie dan secangkir susu coklat hangat sambil merasakan kehangatan sinar matahari dan suasana authentic pegunungan dengan iringan musik traditional Swiss. Tidak hanya itu, Malikapun bisa berinteraksi langsung dengan hewan jinak seperti kuda poni putih yang dipelihara oleh sipengelola restaurant dengan bebas.



Tidak lamapun kami menyelesaikan hidangan penutup dan susu coklat hangat kami dan segera melanjutkan perjalanan kembali . Tidak terasa kamipun hampir tiba kembali ke tempat awal kami berangkat. Ahhhh....rasanya ada kepuasan tersendiri ketika kami melihat parkiran mobil di depan mata dan melihat kembali ke atas gunung Rigi sambil berkata bahwa kita tadi ada di atas sana. Well done Pasci, well done Lia, well done Malika... Malika?... why we did not hear you anymore...ah ha... no wonder you did not speak at all... you already fell asleep... ohhhh, she must be really tired because of the journey and the climate. She looked so cute and peaceful sleeping inside her Babybjorn.

Ahhh...it was a great day for us even when we found a letter on our car window that we had to pay fine for parking place because Pascal forgot to put money into the parking machine before we went up to the mountain :))



Wednesday 8 June 2011

Put make up on face makes happy!

Waktu tahun lalu saya pulang lagi ke Indonesia, seperti biasa saya selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan sahabat-sahabat lama. Dan pastinya, setiap kali mempunyai occasion yang menurut saya special, saya selalu mempersiapkan diri saya untuk tampil cantik dan menarik. Dan saya mulai membayangkan akan merias wajah saya dengan sapuan warna apa.
Untuk saya, memberikan riasan pada wajah adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Saya bisa berekspresi dengan warna dan juga style make up sesuai dengan mood saya pada saat itu.

Dan ketika saya tiba, semua sahabat telah tiba ditempat dan salah satu sahabat saya langsung berkomentar ketika melihat saya datang : "tuh, tuh si bencong dandanannya pasti kinclong bener"... Glegggg...saya sempat kagok ketika mendenger sudden comment tersebut karena tidak menyangka akan mendengar "teguran" seperti itu. Karena saya berfikir berhias diri adalah sesuatu yang normal dan pada saat itu saya merasa riasan wajah saya sangatlah wajar dan tidak terlihat over. Memang sih, diantara sahabat-sahabat sayalah yang lebih sering berhias diri (ada juga sih satu sahabat yang kalau sudah didandanin pasti super tebal karen kerjaannya jadi presenter TV :). Tapi untunglah sahabat saya yang lainnya memberikan komen positif dengan mengatakan : "ya biarin aja kali, orang dianya suka dandan"... hmmm...ya benar, pada saat itu saya berpikir, is that a problem if I love to put make up on my face to make my self happy?"... Saya pikir sah-sah saja selama itu tidak menggangu orang lain, so why should I bother?...

Untuk saya menyapukan riasan diwajah sama seperti dengan berseni. Saya senang sekali mencoba untuk berkreasi dengan melihat tutorial cara menghias wajah melalui youtube untuk sekedar mencari inspirasi. Tidak hanya riasan untuk menjadikan wajah terlihat lebih cantik yang membuat saya tertarik, tapi juga riasan-riasan unik yang bisa dicoba ketika ada special occasian seperti Hallowen. Kadang-kadang, ketika teman saya datang ke rumah, tiba-tiba muncul saja ide saya untuk merias wajah teman saya dan untungnya mereka tidak pernah menolak untuk dijadikan bahan percobaan :). Dan ketika hasil eksperimen saya terlihat cool rasanya ada kepuasan tersendiri yang membuat saya bahagia.

Dan ternyata untuk membuat riasan wajah sempurna tidak selalu dengan modal mahal, seperti alat-alat make up yang harganya selangit. Yang terpenting kita mengenal karakter wajah kita sendiri dan berani mencoba mencampurkan riasan-riasan warna make up. Awalnya kita memang akan merasa kagok atau aneh ketika melihat wajah kita terlihat berbeda dari biasanya setelah bermake up, tapi jika lakukan terus menerus kita akan mengerti make up seperti apa yang sesuai dengan wajah dan kepribadian kita.

Bagi saya, memberikan sentuhan warna di wajah adalah salah satu bentuk dari ketertarikan saya pada bidang seni dan keindahan. Bukan hanya sekedar ingin membuat saya terlihat menarik untuk dipandang, tapi juga untuk memberikan penghargaan pada diri saya sendiri dan membuat suami saya tetap bangga melihat istrinya terlihat cantik :)

                                                   Make up theme : disco 80s

                                                        Make up theme : disco 80s

                                                        Make up theme : classic horor


                                                       Make up theme : soft

Tuesday 7 June 2011

Lebih gampang belajar bikin makanan Thai daripada belajar bahasanya :)

Awalnya saya malas sekali mencoba makanan jenis appetizer ini karena aromanya yang lumayan amis untuk hidung saya. Karena bahannya utamanya yang menurut saya "ndeso" ini, membuat saya tidak tertarik untuk mencobanya. Tapi setiap kali kami pergi ke Thai restaurant, menu ini hampir selalu menjadi menu andalan yang dipesan oleh teman-teman saya. Dan tidak sedikit dari mereka yang tergila-gila dengan makanan ini.

Dan pada suatu saat dimana saya cukup penasaran dengan makanan ini dan mencoba memberanikan diri untuk mencobanya, sayapun harus mengakui kalau ternyata rasanya enak banget...Rasanya sangat begitu segar, kuahnya terasa asam-asam manis pedas (sesuai selera sebenarnya) ditambah dengan kletukan kletukan kacang yang membuat rasa makanan ini semakin rich di mulut saya.

Nama makanan jenis appetizer ini adalah Thailand Papaya Salat (saya tidak tau dalam bahasa Thailandnya). Bahan-bahan dari makanan ini memang tergolong sangat exotic keberadaannya di Swiss. Mungkin agak mengejutkan kalau teman-teman atau saudara saya yang tinggal di Indonesia tau kalau di Swiss juga ada pepaya muda, ebi (udang kering), gula jawa, cuka jawa, kacang tanah dan cabe rawit. Tapi jangan salah, di sini semua bahan-bahan makanan Asia hampir semuanya ada (kecuali jengkol dan terasi kali yaaa...:)))

Dan ternyata bukan cuma saya yang suka, karena ternyata suami sayapun suka dengan Thai papaya salat ini. Sayapun mulai berfikir untuk belajar membuat Thai papaya salat ini. Karena kalau harus pergi ke Thai Restaurant setiap saat kami ingin makan, ya bisa robek juga dompet kami :). Untungnya salah satu teman baik saya punya resep bagaimana membuat Thai papaya salat ini dan ternyata cara membuatnya sangatlah mudah.

Bahan yang diperlukan :
1 buah papaya muda ukuran kecil (karena hanya untuk saya dan suami saja)
1 buah wortel
1 sendok makan gula merah/jawa
3 siung bawah putih
cabai rawit sesuai selera (saya pakai 3 buah karena suami gak bisa makan terlalu pedas ;))
1 sendok makan kacang tanah yang disangrai (bisa juga kacang mete atau tingting) dan hancurkan kasar
Saos ikan secukupnya (sesuai selera)
Cuka secukupnya (sesuai selera)
1 buah tomat
1 sendok teh ebi (udang kering)
1 buah jeruk citron atau jeruk lemon

Cara membuat
Papaya dan wortel dikupas dan diparut dengan ukuran tipis (bisa menggunakan alat pengupas yang bergerigi) dan masukan kedalam mangkok besar beserta potongan wortel.
Gula merah dibuat menjadi saus dengan cara direndam didalam setengah gelas air.
Bawang putih, ebi dan cabai dihaluskan dan setelah itu dimasukan kedalam mangkuk kecil bersama dengan saus gula merahnya. Setelah itu tuangkan saos ikan sedikit demi sedikit sesuai selera dan juga cuka.
Berikan perasan jeruk citron atau lemon untuk memberikan rasa segar dan sedikit mengurangi aroma saos ikannya.
Masukan remahan kacang tanah atau mete kedalam saos yang telah dibuat dan setelah itu siramkan ke dalam mangkok papaya, wortel dan tomat lalu diaduk rata.


Jadi tidak sulitkan membuat makanan appetizer ini?... Selain bahannya mudah didapat dan biaya yang dihabiskan juga gak banyak, rasanyapun nendang sangatttttt....:)