Monday 31 October 2011

Renungan di Muri Moos..

Huggghhh...udara saat ini terasa dingin sekali dan kabut di luarpun terlihat begitu tebalnya. Seperti "normalnya Lia", I am not a big fan of Monday. Gue lebih memilih untuk tidak mengerjakan pekerjaan di hari Senin karena rasanya "soul" gue masih belum berkumpul semua setelah weekend kemarin. Dan biasanya untuk mengatisipasi urusan domestic supaya tidak terbengkalai, gue coba untuk menyelesaikan urusan laundry, setrikaan dan bersih-bersih rumah pada hari Minggu sore. 

Dan walhasil, gue sekarang bisa duduk santai di depan PC sambil menunggu Malika yang masih tertidur di kamarnya. Nah, kalau suasana rumah tenang seperti sekarang ini, inilah waktu yang tepat untuk memulai menulis blog lagi.

Sudah semenjak minggu lalu Pascal mengajak kami untuk mengunjungi perternakan yang tempatnya cukup dekat dengan Auw dimana kami tinggal. Pascal mendapatkan informasi dari pasiennya kalau tempat tersebut bagus sekali dikunjungi untuk keluarga karena orantua bisa mengajak anak melihat bagaimana sebuah perternakan hewan seperti kelinci, sapi, babi dan juga sayur-sayuran yang ditanam secara organik. Anak-anak kecil juga diperkenalkan dengan lingkungan alami dan mengerti tentang arti makanan organik. Dan selain itu, kita juga bisa berbelanja makanan-makanan organik langsung dari peternakan itu sendiri.  


Dan sebeneranya yang menjadi tempat itu menjadi "special" adalah dimana orang-orang yang bekerja di perternakan itu adalah orang-orang yang dulunya seorang alkoholik atau pemakai obat-obatan terlarang. Ketika kami memasuki area Muri Moos (nama perternakan dan perkebunan tersebut), kami langsung menuju ke cafetaria untuk makan siang. Suasana terasa begitu tenang, dan kami melihat beberapa keluarga yang juga mempunyai niat sama seperti kami. 



Ketika mata gue mengarah kepada beberapa orang yang terlihat "lain" secara physic dan gerakan tubuhnya, Pascalpun segera menjelaskan kepada gue siapakah mereka. Ya, mereka adalah orang-orang yang dulunya hidup sebagai seorang alkoholik atau pemakan obat-obatan. Kebayakan dari mereka adalah orang-orang yang sudah tidak mempunyai keluarga atau yang tidak diperdulikan lagi oleh keluarganya. Their life was in the very deep shit and always drinking alcohol or using drug for weeks until they could not move anymore. And then their neighbor realized that they had been in the room for weeks that made them called the social affair division to check them out and brought them to this place. Muri Moos tidak hanya mempekerjakan mereka  di sana tapi juga memberikan rehabilitasi pada mereka, what a perfect method for people like that. 

Pikiran guepun langsung melayang dengan keadaan di Indonesia yang completely berbeda. Dimana para pemakai obat-obatan terlarang atau peminum dikategorikan sebagai seorang kriminal yang tempatnya di penjara dan bukan direhabilitasi. Kembali lagi ingatan gue melayang dengan berita-berita tentang artis-artis yang tersangkut kasus narkoba dan mereka harus mendekam dalam penjara untuk beberapa waktu. Walau seruan dari mereka dan juga orang-orang yang perduli dengan mereka meminta supaya mereka lebih baik di rehab daripada di penjara tapi sepertinya seruan tersebut tak bersambut dengan positiv.

Dan memang pada kenyataannya penjara bukanlah tempat yang tepat untuk para pemakai narkoba atau alkoholik karena tidak sedikit dari mereka yang kembali lagi ke dunia tersebut....hugghhhh...(menarik nafas panjang). 

Kembali lagi pada situasi di Muri Moos, kami bukan saja melihat orang-orang yang tinggal di sana tapi juga peternakan dan perkebunan yang mereka kerjakan. Lingkungan yang tenang dan asri membuat suasana menjadi terasa tentram. Luas area yang sangat besar menjadi jaminan bahwa hewan-hewan ternak yang hidup di sana benar-benar merasakan alam dengan bebasnya. Dan hal ini menjadi salah satu point wajib jika kita ingin mengclaim bahwa ternak kita adalah ternak bio atau organik. Karena dengan membiarkan hewan potong hidup dengan bebas dan leluasa membuat mereka menjadi hewan yang bahagia dan sehat yang mana mempengaruhi kwalitas daging pada akhirnya (hmmm...sounds funny but that's the fact...compared with animals that live in the small and always inside the  cage, that makes animals get stress and cause the quality of  meat not as good as bio product). 

Kandang-kandang hewan terlihat begitu rapi dan besar yang memberikan kebebasan pada hewan untuk bergerak.



Malikapun terlihat menikmati suasana di Muri Moos, sesekali kami biarkan dia jalan sendiri tanpa kereta dorongnya dan membiarkan dia berjalan kesana kemari walau sering sekali membuat kami kerepotan karena harus mengejar dia karena arah yang dia tuju sering sekali ngaco :)))). 

Kamipun terus mengelilingi Muri Moos dan menikmati udara cerah di musim autumn ini. Sesekali gue mengambil beberapa photo dari suasana yang ada dan menikmati keberadaan Pascal dan Malika disamping gue. Sesekali kami berhenti berjalan hanya sekedar untuk berpelukan dan mendaratkan ciuman hangat sambil mengatakan how much we love each other and be grateful for the life we have now. Dan ide untuk segera memberikan adik untuk Malikapun semakin besar :)))





Ah, seandainya Indonesia mempunyai tempat seperti ini dimana bisa menampung orang-orang yang struggling akibat alkohol dan obat-obatan terlarang dengan cuma-cuma. Seandainya uang pajak digunakan untuk pembangunan tempat-tempat seperti ini, memberikan kesempatan pada orang-orang terbuang untuk melakukan sesuatu yang berguna dan semua orangtua di sana mulai mengajarkan anak-anak untuk mencintai alam sedari dini bukan mall dan supermarket. Dan mengajarkan anak untuk menghargai sesama manusia tanpa terkecuali. (ahh...semoga gue bisa menjadi orangtua yang lebih baik bagi anak-anak gue di masa datang)