Monday 16 November 2015

Pangeranku, nikmat dan ujianku.

Setiap kali terjadi aksi teroris yang mengatas namakan Islam di dunia barat, sang istri  selalu saja bertanya dengan pertanyaan yang sama kepadanya. 

"Kamu gak takut orang-orang akan melihat kamu dengan pandangan sarkastik?" tanya sang istri dengan lembut.

"Enggak". Dia menjawab sambil merapikan jenggot berwarna coklat tembaganya yang panjang dengan sisir. Dia tampak tampan dengan jenggot panjangnya. Kerutan-kerutan halus semakin menambah karakter diwajahnya. Dimata sang istri, dia terlihat gagah bak pangeran. Mungkin karena dia melihatnya dengan cinta, bisa jadi orang lain yang melihatnya tampak biasa saja :). 

Sejak memakai jenggot panjang, banyak orang terkecoh dengan asal usulnya. Banyak yang mengira kalau dia berasal dari Turkey atau negara timur tengah. Dan ketika mereka tahu kalau dia adalah seorang Swiss asli dan mualaf reaksi beragampun diterimanya dengan lapang hati sebagai konsekwensi pilihan hidup. Tidak sedikit yang bertanya dengan tujuan hanya ingin memojokan agama yang dia pilih bukan karena keingin tahuan yang tulus.

"Kamu gak merasa terintimidasi dengan pertanyaan-pertanyaan pasien kamu nanti?".

"Enggak, yang". Kali ini dirapikan pakaiannya. Hmmm..dia memang selalu teliti dalam penampilannya. Bukan untuk mengundang pujian. Tapi semata karena ingin menghargai orang lain yang menjadi pasiennya, menghargai dirinya sendiri dan mengaplikasikan agama pilihannya dalam kehidupannya. Bersih dan rapi. 

Sang istri memandang wajahnya dengan pandangan nano nano. Merasa kagum, terharu, bangga tapi juga khawatir. Bukan khawatir akan berubah imannya, tapi khawatir jika dia  akan merasa sedih. 

Merasa sang istri tak enak hatinya, diapun memegang wajah sang istri dengan lembut sambil dikecup kening dengan kasih sayang. Ditariknya sang istri ke dalam pelukannya sambil mengusap rambut panjangnya. 

"Kamu gak perlu khawatir yang, cukuplah Allah menjadi penolong saya dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Seperti doa nabi Ibrahim : Hasbunallah wa ni'mal wakil.

Dilepaskan sang istri dari pelukannya. Sekali lagi dikecupkan kedua pipinya dengan kasih sayang. Lalu didatangi kedua anak kecilnya yang sedang duduk makan pagi sambil membelai dan mencium mereka semua. 

Sang istri tetap memandang wajahnya dengan pandangan penuh cinta sambil menjawab Waalaikum salam ketika dia mengucapkan salam sambil melangkah ke arah pintu untuk pergi mencari nafkah.

Subhanallah, walhamdulillah, wala illaha illalah, allahuakbar. Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah...

Sang istri menyadari, bahwa Pangerannya adalah kenikmataan sekaligus ujian hidup terbesarnya.