Thursday 17 May 2012

Memposting kata-kata bijaksana di status FB = pencitraan diri?...

Aduhhh...ternyata saya kelupaan melakukan unsubscribe satu nama di Facebook saya. Walhasil ketika saya membuka newsfeed yang ada terbacalah up date status dari dia yang isinya "luar biasa bijaksana" karena diambil dari kutipan somewhere :)

I know it's not my business of how people putting things on their status, but since I know this person pretty well, that's really irritating me. Bukannya merasa jika postingannya adalah sesuatu yang inspiratif tapi malah  mengundang senyuman sinis karena kita mengenal dia so well. I know it's hard and sounds not fair but that's the reality. 

Sebenarnya sangat disayangkan jika kita menulis suatu kata-kata bijaksana tapi tidak disertai dengan perilaku yang positif juga. Sayapun mencari-cari kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan "perbuatan" tersebut. Dan hari ini sayapun "berkicau" di Twitter dengan menulis : "Ya elah, msh aja update status dgn kata2 bijak yang gak sesuai dgn kelakuannya. Dr pada cuma nulis doang mending praktek langsung dikehidupan". Dan ternyata kicauan saya direspon oleh seorang teman yang tinggal di Belanda dengan kicauan yang sangat pas. Dia bilang : "maklum, lg usaha pencintraan mbakyu :p. 

Dalam hati sayapun tersenyum lebar dan membenarkan kicauan teman saya tersebut. Memang benar adanya, banyak sekali yang melakukan "pencintraan" di Facebook baik disengaja maupun tidak disengaja. Mungkin sayapun pernah melakukannya dengan maksud untuk melakukan "pencintraan diri". Meng copy paste kata-kata bijaksana untuk sekedar mendapat pujian atau komen tapi sebenarnya saya sendiri tidak selalu melakukan hal tersebut.

Ahhh...at the end of the day, it's their rights though to place things in to their Facebook. Sayapun bersyukur masih diberikan "cermin kehidupan sederhana" untuk membuat saya lebih berhati-hati dalam setiap perbuatan dan perkataan. 


Monday 14 May 2012

Good bye winter blues

Ahhh...gak terasa sudah hampir musim panas lagi. Banyak sekali yang sudah terjadi selama 7 bulan kebelakang. Melewati musim dingin dengan kejutan yang menyenangkan karena ternyata saya hamil lagi untuk yang ketiga kalinya. Juga melewati beberapa problema seputaran pertemanan, suami dan anak. 

Kalau dulu ada teman yang bilang biasanya kalau sudah masuk musim dingin, banyak orang yang tiba-tiba jadi sensitif dan melow. Awalnya saya gak bisa membayangkan apa maksudnya, tapi setelah menjalani kehidupan di sini cukup lama, baru saya bisa merasakan sendiri. Banyak yang bilang, situasi ini disebut dengan istilah "winter blues". Entah itu memang aslinya ada istilah seperti itu atau hanya buatan dari teman saya aja, I never really know it :). 

Sepertinya sayapun mengalami "winter blues" ditahun ini. Ditambah lagi dengan perubahan hormon karena kehamilan pas di musim dingin. Saya yang biasanya bisa "cool" melihat suatu yang kurang menyenangkan berubah menjadi tidak sabaran dan mudah terbawa emosi. Walaupun sebenarnya kehamilan kali ini terasa lebih mudah secara physic dan mental karena saya merasa lebih fit dan depressless. Tapi somehow, emosi saya menjadi labil dan itu membuat saya unhappy. Sampai pada klimaksnya dimana saya harus bersikap cukup keras kepada seorang teman dekat saya karena ketidak sukaan saya dengan behavior nya yang sebenarnya bisa merugikan dirinya sendiri. Di sini saya gak akan bercerita panjang tentang apa yang terjadi antara saya dengan teman saya, tapi secara garis besarnya, no matter what your relationship is, trust, honesty and respect eachother is highly required kalau mau relationshipnya berjalan lama. Dan hal ini cukup mengganggu saya karena saya merasakan kehilangan teman dekat yang saya sayangi tapi pada saat itu saya tidak cukup kuat menahan emosi saya dan memutuskan untuk break dengan perteman tersebut. it's kinda hurtful but worth as a lesson for both of us. 

Begitu juga hubungan saya dengan suami dan anak. Di usia perkawinan yang masih terbilang cukup muda, yaitu hampir 4 tahun dan masa pacaran yang cukup singkat yaitu 7 bulan, membuat kita mau gak mau belajar mengenal satu sama lain lebih dalam ketika kita telah menikah. Suasana tentunya berubah ketika menikah dan belum punya anak dengan setelah menikah dan punya anak. Banyak sekali hal-hal yang membuat perubahan dalam pola pikir dan perilak kami. Dan hal ini tidak mudah untuk dijalani. Begitu juga dengan anak. It's not easy to handle a baby when you are pregnant. Apalagi pada kehamilan di semester pertama. Ahhh...it's really not easy. Semua hal ini membuat saya kehilangan mood untuk bersosialisasi, kehilangan semangat dan menjadi malas melakukan hobby saya. Saya benar-benar berubah menjadi "sebuah batu kali" yang keras. Frekwensi bertemu dengan temanpun berkurang dengan drastis dan sayapun menutup jaringan sosial media saya karena saya merasa tidak cukup pintar menghandle emosi saya sendiri ketika melihat Facebook waktu itu. 

Dan akhirnya ketika usia kandungan saya memasuki usia 5 bulan, sayapun terbang pulang ke Indonesia dengan tujuan untuk mendapatkan kembali angin segar and pencerahan. Ternyata perjalanan pulang ke Indonesia tanpa suami karena dia harus bekerja dan membawa anak bayi dengan perut besar sangatlah tidak mudah. Sayapun mulai merasakan depressi diperjalanan pulang dan mulai bertegangan tinggi lagi. Karena kami hanya memesan 1 bangku dipesawat, sayapun harus memangku Malika selama dipesawat. Dan tidurpun dia harus saya pangku dengan perut saya yang cukup lumayan besar pada saat itu. Malika yang tingginya sudah lebih dari 75cm tidak bisa lagi tidur di basinet karena sudah gak muat lagi. Walhasil, kami berduapun tidak dapat tidur nyenyak dan saya harus menghadapi Malika yang tiba-tiba berubah menjadi rewel selama perjalanan karena bosan dan capek. Tapi saya mencoba menguatkan diri saya bahwa situasi ini tidaklah terlalu buruk untuk dilewati. Sampai akhirnya saya tiba di Indonesia, saya merasakan suasana yang lebih relax dan saya bisa lebih bernafas dengan lega. 

Bertemu dengan keluarga dan sahabat-sahabat lama memberi kebahagiaan lain dalam diri saya. Apalagi ketika saya pergi ke Bali dengan 2 anak saya dan exclusively menghabiskan waktu dengan mereka, rasanya so priceless. Rasanya waktu 4 hari di Bali sangatlah kurang, saya masih ingin tinggal di sana lebih lama lagi... Merasakan angin pantai, juice segar, makanan tradisionalnya dan juga suasana santai di sana. Ahhh, saya ingin kembali lagi ke sana segera... 
Pertemuan dengan sahabat-sahabat lama cukup menjadi obat mujarab untuk soul saya. Knowing that they always be there for me and love me as the way I am membuat saya merasa tidak sendirian. Walaupun tidak selalu kami sependapat tapi kami dapat menerima perbedaan pendapat dengan lapang hati. Mungkin karena "some sentimental reasons" dimasa kita kecil dulu yang membuat kita kuat untuk terus bersama. 

Kurang lebih 1 bulan saya di Indonesia dirasakan kurang untuk saya. Tapi saya harus kembali segera kalau ingin melahirkan di Swiss. Tapi perasaan mendung dalam diri saya sebelum pulang ke Indonesia sudah tidak saya rasakan lagi. Perasaan saya lebih tenang dan segar setelah liburan kemarin. Dan sayapun "siap" untuk pulang ke Swiss lagi. Tiba di Swiss cuaca ternyata cukup bersahabat pada saya. No more minus degrees, no more snow dan lebih sering sunshine setiap harinya. Alhamdulillah... Dan sayapun lebih bisa membuka diri saya dengan lingkungan sekitar saya, dengan kehidupan sosial saya dan sayapun mengaktivkan lagi jaringan media sosial saya. Sayapun mulai lagi bersemangat mengambil kamera dan membaca hal-hal tentang photography. Ahhhh...rasanya ruang nafas saya kembali menjadi luas.

Mungkin memang benar, ketika kita berada pada suatu keadaan yang tidak menyenangkan, time to time we have to move from that situation by going somewhere else. Bukan untuk melarikan diri dari masalah, tapi untuk menenangkan dan introspeksi diri sendiri. Karena pandangan kita akan menjadi luas ketika kita berada diluar dari "kotak" permasalah yang ada daripada ketika ketika berada di dalam kotak tersebut. Bertemu dengan orang-orang yang berbeda dan situasi yang berbeda bisa memberikan pencerahan dalam diri sendiri. And of course, don't forget to pray.

Dan alhamdulillah, I feel happier& stronger than before now and ready to have my life in Swiss again. I just can't wait to welcoming summer, the baby, my Maura and to see my friends here again!