Tuesday 25 February 2014

Ketika penolakan berhijabku justru dari suamiku...

Ketika banyak wanita mendapatkan pertentangan dan penolakan ketika mereka berhijab datang dari lingkungan di luar keluarganya, dalam case saya justru mengejutkan karena saya harus dihadapkan pada kenyataan bahwa orang yang sangat berkeberatan saya berhijab adalah suami saya sendiri yang mana sebagai seorang mualaf dia cukup mengerti tentang apa kewajiban seorang wanita muslim dan menjalankan Islamnya dengan cukup baik.

Diawal percakapan kami tentang mengapa dia keberatan saya berhijab adalah karena kekhawatirannya dengan reaksi dari orang-orang sekitar lingkungan di daerah tempat kami tinggal dan juga dampak pada usaha bisnisnya yang juga kebetulan berada di tempat yang sama. Walau pada kenyataan apa yang dia khawatirkan semuanya tidak terbukti. Reaksi awal orang-orang sekitar kami tentu terkejut dengan perubahan luar saya yang mana itu adalah normal dan dengan berjalannya waktu, merekapun terbiasa melihat saya berhijab dan tidak ada yang berubah dengan sikap mereka terhadap saya. Juga dengan bisnisnya, semuanya alhamdulillah berjalan dengan baik tanpa ada perubahan sama sekali.

Sampai pada suatu malam, setelah beberapa minggu saya berhijab, seperti biasa kami selalu mengobrol sebelum tidur dan terjadilah suatu percakapan yang mana pada akhirnya sayapun tahu apa isi hati terdalamnya tentang mengapa dia keberatan saya berhijab. Ketika saya harus mendengarkan dia berbicara dengan suara penuh kekecewaan dan emosi yang tertahan, sayapun tidak dapat menahan air mata saya. Bagi saya, ketika saya menangis, artinya moment itu sangat amat menyentuh hati saya, entah itu karena terharu, sedih, gembira  atau tersakiti hatinya. Dan pada saat itu, saya merasakan hati saya tersakiti.

Tapi saya terus tetap mendengarkan dia berbicara tanpa menyela dan membiarkan apa yang ada dihatinya tertumpahkan semua. Saya ingin mengerti kenapa dia tidak mau saya berhijab, kenapa??? Tapi tetap, saya tidak bisa mengerti. Mungkin saya akan mengerti kenapa dia menentang saya berhijab kalau dia tidak seiman dengan saya dan tidak menjalankan islamnya dengan sungguh-sungguh. Tapi inikan?... 

Dan sayapun merasa semakin tersudutkan ketika dia mengatakan bahwa ketidak terimaanya melihat saya berhijab adalah karena dia masih ingin melihat saya cantik dengan rambut tergerai, berpakaian tanpa merasa terbatas dan dia tidak bisa membayangkan harus melihat saya tertutup dari atas ke bawah ketika kami harus pergi keluar rumah seumur hidupnya!.. Baginya, keputusan saya berhijab adalah sesuatu yang cukup menakutkan dalam hidupnya. 

Dan diapun mulai memberikan statement-statment yang terdengar sangat tidak adil untuk saya pada saat itu. Dimana dia mengatakan bahwa lebih baik saya memperbaiki ketakwaan saya dulu saja sebelum berhijab. Dan pada saat itu saya teringat suatu quote muslim yang mengatakan : wanita yang bertakwa pasti berhijab dan wanita yang berhijab belum tentu bertakwa. Dan pada case saya : "saya ingin berhijab karena saya ingin termasuk dalam golongan wanita yang bertakwa".
Pada dasarnya dia tidak siap dengan perubahan ini, he was not just ready!.. 

Malam itu terasa sangat panjang untuk saya menunggu datangnya pagi. I felt something awkward between us. Sayapun merasa tidak ingin berbicara dengannya lagi. Hati saya masih terasa sakit. Kenapa niat saya untuk menjadi muslim yang lebih baik harus ditentang hanya karena alasan bodoh itu (sebenarnya buat saya sangat bodoh), kenapa???.. Dan malam itupun jadi semakin terasa panjang saja. Perasaan sedih karena merasa tersakiti dan sedih karena harus melihat dia mempunyai rasa takut yang luar biasa dengan perubahan yang saya lakukan. Sayapun akhirnya melakukan aksi tutup mulut untuk menunjukkan rasa sakit hati saya, karena dengan diam artinya saya sedang dalam keadaan sangat marah.

Untuk beberapa hari, hubungan kami terasa seperti dua orang asing saja. Walau sebenarnya situasi itu terjadi karena sayalah yang lebih banyak menghindar untuk berkomunikasi. Sementara dia sangat begitu berusaha membuat komunikasi kami kembali normal. Tapi rasanya saya masih belum bisa menerima. Pokoknya gak bisa aja!.

Sampai pada suatu hari dimana diapun memaksa saya untuk berbicara karena aksi tutup mulut saya yang sudah mulai lewat kelamaan :p, dan dengan segala daya upaya nya untuk membuat saya bersuara kembali dari kegaguan mendadak saya, akhirnya kamipun bisa berbicara normal kembali walau pada saat itu sayalah yang lebih emosional ketika mengeluarkan semua isi hati saya. Saya ekpresikan betapa tersakiti hati saya ketika harus mendengar penolakannya untuk saya berhijab hanya karena alasan bodoh itu. Sampai terlalu banyaknya isi hati yang dikeluarkan sampai sayapun lupa apa saja yang saya sudah katakan :))).

Penyesalan yang teramat dalam dapat saya rasakan dari permohonan maafnya ketika dia tahu bahwa hati saya begitu tersakiti. Dan yang lebih membuat dia menyesal adalah ketika dia harus menentang sesuatu yang disuka oleh Allah. Yang dia butuhkan adalah waktu untuk menjadi terbiasa melihat saya berhijab dan saya dapat memaafkan dia. Ketika saya melihat betapa tulus dia meminta maaf, sayapun akhirnya dapat mengerti perasaannya. Mengerti ketakutannya akan perubahan yang ada. Mengerti bahwa sebagai manusia biasa, tidak perduli seberapa taat seseorang itu beribadah, kadang-kadang ego sebagai seorang manusia masih sulit untuk dikuasai.

Dan sayapun harus jujur mengakui bahwa sebagai seorang istri, sudah seharusnya sebelum saya berhijab, saya berkomunikasi dan meminta ijin kepada suami terdahulu. Tapi yahhh... (sekali lagi pelajaran dalam hidup : jangan pernah menduga-duga tentang suatu hal..don't assume kalau kata boss saya dulu). Saya pikir suami akan langsung setuju dan senang melihat saya berhijab karena ini adalah salah satu kewajiban wanita muslim, tapi eh ternyata... 

Dan pada akhirnya, seperti cerita di dalam novel-novel romantis kacangan yang selalu berakhir manis. Kamipun akhirnya bisa saling mengerti dengan perasaan masing-masing. Sayapun dapat mengerti alasannya (yang tetap bagi saya terdengar bodoh :p) karena sebagai seorang lelaki yang berasal bukan dari keluarga dan negara muslim, dia tidak terbiasa melihat wanita berhijab setiap hari dalam hidupnya. Eventhough according to our religion is a compulsory a woman wears hijab tetap baginya butuh waktu untuk melihat istrinya yang (menurut dia) cantik --- *yang baca boleh langsung kok teriak huuuuu sambil muntah-muntah :)))* harus berpakaian tertutup rapat. 

Dan alhamdulillah, tidak lama setelah saya berhijab kami pun mendapatkan rezeki dari Allah yaitu bisa pergi umroh bersama yang mana perjalanan yang spesial ini  memberikan banyak sekali pencerahan-pencerahan dalam hidup kami dan salah satunya adalah membuat hati suami saya semakin yakin dan dapat menerima saya berhijab sampai sekarang. 

In sha Allah cerita saya ini bisa menjadi sumber inspirasi untuk saudara wanita muslimku untuk terus memakai hijabnya dan yang ingin berhijab jadi semakin yakin dengan keinginannya. Dan bahwasanya setiap niat baik yang diikutin dengan doa pasti akan dikabulkan oleh Allah 


2 comments:

  1. unbelievable ... terkadang memang agak mengejutkan, sahabatku Teh Lia yg biasa nya tampil seksi Alhamdulillah sudah menggapai hidayah Allah dengan menutup seluruh auratnya yg merupakan salah satu kewajiban seorang muslimah. I am proud of you Teh, semoga Allah menaungi keluargamu dalam hidayah dan cintaNYa ...Aamin ya Rabba Aalamin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin...semoga kita semua bisa istiqomah ya Baiq :)

      Delete